“Perjalananku menuju Islam cukup berbelit. Namun pada akhirnya, itu membawaku pada penantian kasih sayang Allah,” ujar Don Trammell, memulai kisahnya menuju hidayah.
Perjalanan Don hingga memeluk Islam membutuhkan waktu yang tak singkat. Prosesnya cukup panjang dengan awal mula ketika ia bertugas ke Kairo di Mesir. Di sana pula Don mendapat banyak teman muslim yang membantunya hingga akhirnya melabuhkan hatinya pada dienullah.
Namun sebenarnya, kontak Jon dengan Islam kali pertama telah terjadi sebelum ia pindah ke negeri Piramid. Saat itu Don tengah bekerja di Finlandia, sekitar tahun 1999. Ketika bekerja di sebuah perusahaan software, ia bertemu dengan seorang wanita Mesir. Keduanya berkenaan lewat chat dan memiliki keperluan diskusi membahas mengenai teknologi nirkabel.
Selama membahas teknologi nirkabel, Don banyak menyela diskusi mengenai agama. Ia bertanya banyak hal mengenai agama yang dianut wanita Mesir itu, Islam. “Sepanjang percakapan kami , aku bertanya lebih banyak tentang Islam dan mengapa ia percaya dengan apa yang dia yakini. Dia sangat sabar dan sangat baik menjelaskan Islam kepada saya,” ujar Don, dikutip OnIslam.
Sejak kecil, Don tumbuh besar dengan pendidikan agama yang minim. Ia beragama namun tak mendalami keimanannya pada Tuhan. Namun sang ibu mendidiknya dengan sangat baik serta mengajarkannya hal-hal luhur. Keingintahuan Don pada Islam bertujuan untuk mencari Tuhan di hatinya. Ia mencari makna sejati kehidupan yang sebenarnya.
“Aku percaya pada Tuhan, tapi aku tak meyakini Dia sebagai pencipta dan pengatur takdir saya. Aku merasa di tanganku sendirilah putusan nasib. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa aku hidup dengan membuat aturanku sendiri,” tuturnya.
Perjalanan menuju hidayah kemudian dimulai. Don menjalin kerja sama bisnis dengan orang-orang Mesir. Ia pun kemudian segera pindah ke Kairo. Don menginjak pertama kali negeri kinanah bertepatan saat muslimin merayakan bulan suci Ramadhan. Ia pun begitu tertarik dengan ritual ibadah Ramadhan muslimin.
Don bahkan sempat ikut menahan lapar dan haus di siang hari, dalam rangka menghormati. Namun saat Ramadhan usai, Don mencari informasi mengenai ibadah puasa. Sebetulnya, ia sangat tertarik dan antusias pada ibadah puasa muslimin.
Tak hanya ibadah puasa, Don juga terpesona dengan shalat. Ia kagum dengan muslimin yang meluangkan waktunya untuk ibadah lima kali sehari. Awalnya, saat rekan kerjanya selalu izin kerja, ia merasa jengkel. Naun ketika mengetahui tentang ibadah itu, Don justru merasa kagum dan sangat menghormati.
“Aku kagum dan hormat pada mereka. Akupun iri melihatnya dan ingin memiliki perasaan betapa pentingnya Tuhan dalam hidup. Perlahan-lahan, aku pun bertanya tentang Islam dan bagaimana rasanya menjadi seorang muslim,” kata Don.
Selama bekerja di Kairo, Don pun sembari mencari tahu mengenai Islam. Kepada rekan-rekan muslimin, Don pun tak malu-malu bertanya. Ia pun mendapat banyak penjelasan mengenai Islam dari mereka. Salah seorang rekan kerjanya yang banyak membantunya yakni Noah. Don bahkan dibekali olehnya sekoper buku-buku Islam saat akan meninggalkan Kairo.
Don meninggalkan Kairo, namun keinintahuannya pada Islam belum penuh terjawab. Di tahun 2001, ia kembali ke Kairo. Nmaun perjalanannya ke Kairo kali ini hanya beberapa hari saja. Ia pun tak cukup banyak waktu untuk menghilangkan dahaganya mengenai Islam. Namun saat itu, ia telah merasa jatuh hati pada Islam. “Satu hal penting yang aku sadari, yakni aku telah jatuh cinta. Aku merasa bahwa hatiku telah menemukan sebuah rumah,” ujar Don tersedu.
Setelah enam bulan terakhir dari Mesir, ia pun kembali lagi kesana. Namun saat itu ia bukan untuk bekerja. Pasalnya, perusahaan tempatnya bekerja telah gulung tikar. Di malam musim panas, perasaan Don meluap-luap. Ia merasa hatinya begitu terbuka. Ia pun menghubungi Noah hingga kemudian bertolak ke Mesir untuk menenangkan diri.
Don kemudian mendapat pekerjaan kembali di perusahaan telekomunikasi. Ia menjadi konsultan untuk perusahaan Mesir. Ia pun dapat berlama-lama lagi tinggal di Mesir. Kali ini, Don benar-benar berharap dapat menemukan segala keingintahuannya tentang Islam. Ia berharap perjalanan ke Mesir kali ini menjadi perjalanan terakhirnya menuju hidayah. Di Mesir, ia pun makin serius mempelajari Islam. Ia mempelajari Al Qur’an dan mengenal siapa Nabi Muhammad. Don bahkan pernah ikut shalat jama’ah dan merasakan ketenangan yang sangat.
Peristiwa 9/11
Belum usai perjalanan Don menemukan hidayah, insiden bom 9/11 terjadi. Don bahkan belum sempat bersyahadat. Namun isu Islam sebagai agama terorisme telah mencuat begitu hebat akibat insiden tersebut. Namun Don telah jatuh hati pada Islam, ia pun mencari penjelasan yang benar mengenai isu tersebut.
Hanya saja, isu itu secara tak langsung menghambatnya menjadi seorang muslim. Pasalnya, keluarganya menentang keras keinginan Dpon karena lebih percaya isu terorisme yang mendunia. Namun Don tak pantang arang. Tekadnya telah bulat. Tak lama, ia pun memutuskan untuk berislam.
“Pada tanggal 2 Oktober 2001, seorang teman menjemputku untuk pergi ke Al-Azhar yang terkenal. Disana, aku menyatakan bahwa Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Air mataku tertumpah. Wallahu akbar,” pungkas Don. (Afriza Hanifa/sp)
Komentar
Posting Komentar